Pak Haji Semringah di Pelaminan

Pak Haji bersama Istrinya.

Pak Haji bersama Istrinya.

FIB, Unkhair – Rabu malam (12/8/2020) adalah hari yang takkan dilupakan Pak Haji, sapaan akrab Hi. Ismail Maulud, S.S., M.Hum., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Khairun (Unkhair). Setelah melajang beberapa tahun, pria berelesung pipi kanan ini menambatkan hatinya pada seorang primadona dari Lingkungan Talaga, Kelurahan Doyado, Kecamatan Tidore Timur, Kota Tidore Kepulauan.

Pak Haji tampak semringah di pelaminan setelah sukses melepaskan ketegangannya menyambut ijab nikah. Awalnya, Pak Haji sempat gagal menangkup kalimat dari wali nikah. Tetapi semangat untuk mengantarkan gadis pilihannya menuju pelaminan membuat Pak Haji tak surut. Ijabnya diterima setelah Pak Haji dengan gagah menyambar ujung kata “kontan”. Sah! Gadis bernama lengkap Mirdawati Muhammad  itu sepenuhnya menjadi belahan hati dan teman hidup Pak Haji selamanya.

Momen Pak Haji menerima ijab kabul

Momen Pak Haji menerima ijab kabul

Air muka girang Pak Haji menderas setelah kenduri pernikahan berlangsung. Aura bahagia melingkupi ruangan pernikahan malam itu. Pak Haji berulangkali mengumbar senyum. Suasana hatinya sedang bergelinjang karena telah menemukan jodohnya. Sesekali, Pak Haji memamerkan kemesraan bersama kuntum yang baru saja dipersuntingnnya.

Pak Haji semringah di pelaminan

Pak Haji semringah di pelaminan

Foto bersama pengantin dengan dosen, staf pegawai, dan alumni FIB Unkhair

Foto bersama pengantin dengan dosen, staf pegawai, dan alumni FIB Unkhair

 

Beberapa hari sebelum pernikahan, Pak Haji mengaku gadis pilihannya sudah menjadi takdirnya. Lesung pipi kedua pengantin itu adalah penandanya. “Torang dua memang jodoh barang sama-sama lesung pipi sabala kanan to!” katanya tersenyum.

Kabar bahagia ini mengundang banyak tanggapan. Melalui media sosial dan beberapa grup percakapan, Pak Haji banjir ucapan selamat dan doa. Ibrahim Gibra, penyair yang juga guru besar Unkhair, bahkan membuat sajak untuk hari kebahagian Pak Haji. Begini sajaknya:

 

ada hujan di kalaodi

: untuk Haji Mael Maulud

 

Inikah waktunya uap

meminang awan supaya

hujan mendulang cerita

yang terulang?

 

Hanya akar dan pucuk

yang tulus menyimpan

rahasia waktu, sampai

daun-daun itu rumbai-rumbai

dari pijar fajar

 

Sebelum bertemu matahari

semalam akar dan pucuk suntuk

menyemai perempuanmu

yang datang menjinjing daun baru

dan kau pun menulis di punggungnya

sepenuh-penuh, hingga habis tak bertepi:

hidup dimulai hari ini. (*)

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

× How can I help you?