Kerja Sama dengan Pemkot Ternate, Dosen FIB Unkhair Teliti Cengkih

FIB Unkhair – Dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Khairun (Unkhair) dipercaya Pemerinta Kota Ternate melakukan penelitian tentang cengkih di Maluku Utara. Tim pelaksana penelitian ini adalah Dr. M. Ridha Ajam, M.Hum sebagai ketua peneliti, sementara Irfan Ahmad, S.S, M.A dan Andi Sumar Karman, S.Sos., M.A sebagai anggota.

Selasa (19/7/2022), tim peneliti menyajikan hasil penelitian yang berjudul “Ternate: Pangkal Pokok Cengkih di Dunia” tersebut dihadapan pemerintah kota Ternate dan beberapa pihak terkait isu cengkih di ruang  pertemuan Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) kota Ternate.

Suasana seminar hasil penelitian tentang cengkih

Irfan Ahmad, anggota peneliti yang juga dosen sejarah tersebut mengungkapkan bahwa tanaman cengkih merupakan salah satu rempah yang pernah berjaya bagi kehidupan umat manusia. “Tidak hanya dalam konteks lokal di Nusantara, tetapi emas hijau (cengkih) ini dikapalkan oleh para pedagang asing hingga mencapai Cina, Eropa, dan Arab,” ungkapnya.  

Menurutnya cengkih diburu para saudagar karena manfaatnya mulai dari bahan obat, bumbu masakan, kosmetik, bahan ritual keagamaan, hingga pengawet mayat. Dalam aktivitas perdagangan, cengkih dibarter dengan berbagai barang berharga, misalnya beras, porselin, pakaian, dan lain-lain. “Penyebaran cengkih tersebut, jika dilacak asal-usulnya, maka dalam berbagai catatan atau sumber-sumber sejarah menunjukkan cengan valid bahwa semuanya berasal dari Ternate. Pulau Ternate dikenal dalam referensi sebagai “Maluku” atau “Kepulauan Rempah”, suatu pulau vulkanik yang menumbuhkan cengkih dengan subur. Hasil penelusuran dan pengkajian terhadap sumber-sumber sejarah, dalam penelitian ini, menunjukkan kebenaran klaim ini,” jelasnya

Berkenaan dengan itu, Andi Sumar Karman, anggota peneliti lainnya mengatakan bahwa berdasarkan temuan penelitian tersebut, maka upaya Pemerintah Kota Ternate untuk melabeli kota (city branding) ini sebagai “Ternate Kota Rempah” dipandang bukanlah hal yang berlebihan. “Memang sudah seharusnya demikian.  Hanya saja, agar upaya ini tidak terhenti di tengah jalan, maka diperlukan lebih banyak lagi publikasi terkait cengkih atau rempah lainnya di Ternate,” katanya menyarankan.

Andi mengutarakan dua alasan mengapa perlu mendukung “Ternate Kota Rempah” tersebut. Pertama, secara historis, cengkih bermula di Ternate dan selanjutnya menyebar ke berbagai belahan dunia. Kedua, secara sosial budaya, tanaman cengkih masih dapat dijumpai hingga saat ini dalam kehidupan masyarakat Ternate, dan tetap dipertahankan pemanfaatannya seperti komoditas ekonomi, bahan pengobatan (rorano), dan lain-lainnya.

Sementara itu, Dr. H. Rizal Marsaoly, M.M., dalam sambutanya pada kegiatan seminar hasil penelitian tentang cengkih itu mengaku pihaknya akan menjadikan hasil tersebut sebagai dasar mengusung Ternate sebagai kota rempah. “Untuk itu kita meminta agar semua instansi terkait mendukung program city branding dengan menonjolkan cengkih sesuai tupoksi instnasinya masing-masing.  Misalnya Dinas Pendidikan membuat komik tentang cengkih untuk anak sekolah, Dinas Pariwisata menjadikan cengkih sebagai objek wisata, menata kebun cengkih untuk kampung wisata cengkih, dan lain-lain,“ pintanya. (*)

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

× How can I help you?