Tampil Bareng Christine Hakim dan Wakil Dubes Spanyol, Andi Sumar Bicara Pemajuan Kebudayaan
FIB, UNKHAIR – Perhelatan Indonesia Creative Cities Festival (ICCF) tahun 2019 di Ternate yang akan berlangsung sampai tanggal 7 Sepetember dirangkaikan dengan gelar wicara (talk show) kebudayaan di Benteng Oranje. Kegiatan yang dilaksanakan pada rabu malam (4/9) ini menghadirkan tiga narasumber, yaitu Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Khairun (Unkhair), Andi Sumar-Karman; Christine Hakim, seniwati senior Indonesia; dan Raul, Wakil Duta Besar Spanyol untuk Indonesia.
Andi Sumar-Karman yang diberi kesempatan berbicara ketiga, mengawali pembicaraannya dengan memperkenalkan FIB dan Yayasan The Tebings sebegai dua institusi yang memiliki perhatian besar terhadap pengembangan kebudayaan di Indonesia, terutama di Maluku Utara. “Saya sehari-hari mengajar di Fakultas Ilmu Budaya. Kebetulan, Fakultas kami di Unkhair dipercayakan oleh beberapa kabupaten/kota di Maluku Utara, termasuk Provinsi (Maluku Utara) untuk menyusun Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD). Selain itu, saya juga tergabung di Yayasan The Tebings, salah satu organisasi yang fokus pada kebudayaan di tataran praktis,” katanya mengenalkan.
Usai perkenalan, Andi membuka pembicaraannya dengan suasana yang santai dan disambut riuh oleh peserta gelar wicara. Betapa tidak, pria yang tampil kasual itu mengaku dirinya juga artis seperti Christine Hakim. “Saya dan Bunda (panggilan Christine Hakim) ini sebenarnya sama-sama artis. Beliau generasi tua, saya yang junior,” kelakarnya.
Menurut Andi, berbicara kebudayaan adalah berbicara tentang keseluruhan kehidupan manusia. Secara ilmiah, kebudayaan dikenal dalam tiga tingkatan, yaitu gagasan, tindakan, dan benda materil. “Gagasan itu berkaitan dengan sistem pengetahuan manusia, tindakan itu kita kenal sehari-hari dengan adat istiadat, dan benda materil adalah benda-benda seperti benteng, kerajinan, teknologi, dan lainnya,” jelasnya.
Penjalasan ini disampaikan di awal karena menurut Andi, selama ini masyarakat, terutama generai muda cenderung memahami kebudayaan hanya sebatas kesenian. “Saya lihat, umumnya masyarakat mengenal kebudayaan itu ya hanya kesenian saja. Tari-tarian, teater, lukisan, dan lain sebagainya. Padahal kebudayaan itu mencakup banyak hal,” katanya.
Terkait dengan ini, lanjut Andi, di dalam Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan nomor 5 tahun 2017 sudah menetapkan bahwa kebudayaan itu menangkup 11 objek. “Ada tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, permainan rakyat, olahraga tradisional, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, ritus, dan cagar budaya. Sebelas objek ini yang diidentifikasi di berbagai daerah dan menjadi pokok pikiran kebudayaan,” sebutnya.
Saat diselai moderator dengan pertanyaan: apakah kebudayaan-kebudayaan yang telah diidentifikasi itu diketahui oleh generasi muda, Andi menjawab bahwa kecenderungan generasi muda tidak lagi tahu tentang kebudayaanya karena dianggap tidak lagi penting. “Kebudayaan itu harus terus kita angkat sehingga timbul kebanggan pada generasi muda. Berbicara kebudayaan itu ujungnya adalah kebahagiaan, untuk itu kebanggan sangat peting,” ungkapnya. (*)