Peringati Dies ke-22, FIB Unkhair Selenggarakan Seminar Pengembangan Pariwisata

FIB Unkhair – Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Khairun (Unkhair) menyelenggarakan seminar nasional dengan tajuk Transformasi Sejarah, Budaya, dan Sastra dalam Menunjang Pariwisata di Era Digital. Kegiatan yang dilangsungkan di Aula Nuku Unkhair, Selasa (25/10/2022) ini menghadirkan tiga narasumber dari beragam latar kepakaran, yakni Aris Arif Mundayat, Ph.D., dosen Fisip UNS dan Dosen tamu Fisipol UGM; Waode Surya Darmadali, S.S., M.Hum., dosen sastra UIN Alaudin Makassar; dan M. Sofyan Ansar, ketua GenPi Maluku Utara.

Suguhan tarian pada kegiatan Seminar Nasional, FIB Unkhair.

Dekan FIB Unkhair, Nurprihatina Hasan, M.Hum, saat menyampaikan sambutan pada kegiatan seminar tersebut menggabarkan bahwa Maluku Utara merupakan salah satu daerah yang memiliki kekayaan berlimpah. “Maluku Utara kaya akan sejarah, budaya, sastra, dan alamnya. Kalau kita melihat sejarahnya, sejarah Maluku Utara itu tidak terlepas dari keempat pusat kesultanan di Maluku Utara, yaitu kesultanan Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan yang kita kenal dengan Moloku Kie Raha,” katanya menggambarkan.

Menurut Ibu Ina, begitu sapaan karib Nurprihatina Hasan, dalam sejarah Maluku Utara, ada banyak negara yang datang dan pernah menjajah Maluku Utara, seperti Portugis, Spanyol, Inggris, dan Jepang. “Karena penjajahan tersebut maka buktinya kita bisa lihat tersebar di daerah Maluku Utara, khususnya di Kota Ternate ini adanya berbagai benteng, yaitu ada benteng Kastela, benteng Kalamata, benteng Oranje, dan atau benteng Toloko,” sebutnya.

Selain itu, masyarakat Maluku Utara juga dikenal dengan keanekaragamannya. Setidaknya ada 28 sukubangsa di Maluku Utara dengan keragaman bahasa kurang lebih 36 bahasa yang dibagi dalam dua kelompk besar, yakni kelompok bahasa Austronesia dan non-austronesia. Keragaman ini tidak hanya dalam bahasa tetapi juga agama. “Dengan sejarah kesultanan, kemudian peninggalan penjajah, kemudian beragam sukubangsa dan agama maka tidak mengherankan bila budaya dan sastra di Maluku Utara juga sangat kaya dan beragam. Dengan kekayaan sejarah, budaya, sastra, dan kemudian keanekaragaman hayati, baik yang ada di darat maupun di laut maka sepantasnya Maluku Utara menjadi destinasi wisata yang eksotik maupun seksi,” imbuh dosen Program Studi Sastra Inggris itu.

Untuk itu, menurutnya perlu berbagai cara dan upaya untuk membuat pariwisata Maluku Utara menjadi lebih menarik. Salah satu yang perlu mendapatkan perhatian adalah pengembangan pariwisata di era digital. Pasalnya, saat ini generasi muda sangat melek teknologi sehingga perlu didorong untuk secara sama-sama menyelengarakan pariwisata Maluku Utara. “Dengan seminar Fakultas Ilmu Budaya ini dan juga dalam rangka  dies natalis Fakultas Ilmu Budaya, kita mencoba menggugah semua stakeholder di Maluku Utara agar pariwisata dengan potensi yang luar biasa tersebut dapat menjadi sektor yang bisa membangkitkan sektor lainnya, yaitu para pelaku wisata seperti UMKM, perhotelan, transportasi, pemandu wisata, pendidikan, dan lain-lain,” pungkasnya.

Sementara itu, Sulmi Magfirah,S.S.,M.Hum, ketua panitia seminar nasional mengatakan bahwa kegiatan tersebut merupakan salah satu rangkaian Dies Natalis FIB yang ke-22. “Seminar ini merupakan bentuk partisipasi kami di FIB dalam berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk pengembangan pariwisata di Maluku Utara,” katanya ketika menyampaikan sambutan.

Kegiatan ini antusias diikuti oleh berbagai pihak, tidak saja berasal dari Maluku Utara tetapi juga dari luar Maluku Utara. (*)

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

× How can I help you?