Antropologi Pembangunan dan Perkotaan Diampuh Staf Ahli Dirjenbud
FIB, UNKHAIR – Program Studi Antropologi Sosial, Fakultas Ilmbu Budaya (FIB), Universitas Khairun (Unkhair) menyelenggarakan kuliah tamu untuk mata kuliah Antropologi Pembangunan dan Antropologi Perkotaan. Hadir sebagai narasumber, Idham S. Bachtiar, Staf Ahli Direktorat Jendral Kebudayaan (Dirjenbud), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).
Kegiatan yang dilangsungkan pada hari jumat (22/3/2019) di ruang Halmahera ini dihadiri para mahasiswa dan dosen Program Studi Antropologi Sosial. “Meskipun ini untuk mahasiswa, tetapi kami dosen juga tetap ikut kuliah karena pasti ada hal-hal baru yang mungkin belum kami ketahui, terutama dari sisi kebijakan karena beliau ini adalah staf ahli dari Dirjen,” kata ketua Prodi Antropologi Sosial, Safrudin Abdulrahman.
Pada saat memaparkan topik perkuliahan tentang “Kota dan Warisan Budaya: Sebuah Pengantar”, Idham menjelaskan bahwa Warisan Budaya adalah salah satu objek yang dapat dijadikan kajian oleh kalangan antropologi. “Warisan budaya itu ada yang tangible (berwujud) dan intangible (tidak berwujud). Orang antropologi biasanya atau umumnya teliti yang intangible, sementara tangible sering diteliti oleh orang arkeologi,” papar pria yang juga tim ahli nominasi jalur rempah sebagai warisan dunia UNESCO itu.
Dengan mengutip pendapat Jones, penulis buku Memory and Material Culture,Idham menjelaskan bahwa sebuah benda kebudayaan diandaikan seperti hardisk. “Memori adalah sebuah proses dann pengalaman, untuk itu memori adalah data dalam studi warisan budaya,” jelasnya.
Selain menjelaskan substansi metodologi untuk penelitian tentang warisan budaya bagi seorang antropolog, Idham juga menayarankan kepada peneliti antropologi, termasuk mahasiswa antropologi yang akan meneliti untuk tidak mencari keaslian di dalam suatu benda kebudayaan. “Karena benda artefak itu umumnya hybrid (percampuaran dari berbagai kebudayaan),” saran pria alumni program doktor di National Universiy Singapore ini.
Hal yang juga menggelitik, kata Idham, berbicara tentang warisan budaya di Indonesia sangat tertinggal dibanding dengan Negara-negara lain. “Padahal Indonesia memiliki warisan budaya yang berlimpah,” ungkapnya.
Idham direncanakan akan kembali memberi kuliah dalam mata kuliah yang sama pada hari-hari mendatang dengan topik yang lain. “Waktunya tinggal kita nanti sesuaikan dengan Pak Idham karena beiau masih sibuk,” kata Safrudin usai perkuliahan. (*)