Buka Puasa Bersama, Wadek III Tampung Aspirasi Mahasiswa
FIB UNKHAIR – Senin sore (28/5/2018), Wakil Dekan (Wadek) III, Andi Sumar-Karman, menggelar buka puasa bersama seluruh Organisasi Mahasiswa (Ormawa) di lingkup Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Khairun (Unkhair). Buka puasa ini dirangkaikan dengan acara curah gagasan antara Wadek III dan mahasiswa perwakilan setiap Ormawa yang hadir pada hari itu.
Ada banyak persoalan yang mengemuka dan menjadi catatan bersama untuk kemajuan FIB kedepan. Persoalan-persoalan itu dinukilkan oleh Wakil Dekan III sebagai berikut:
***
Banyak yang Harus Dilakukan (Catatan dari ‘Bacalefo’ Ormawa FIB)
Kebajikan mesti dikabarkan agar tetap bisa ditularkan energi positifnya. Kebajikan sosial. Semacam niat baik (dan tindak lanjutnya secara riil) yang dipatrikan oleh banyak orang untuk kemajuan institusi atau lembaga tempat di mana orang-orang itu menjalani sebagian dari kesehariannya. Saya membicarakan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unkhair dalam hal ini.
Merencanakan hal-hal baik dan mengupayakan tindak lanjutnya agar menjadi nyata, tidak hanya sekadar membicarakannya, menurut saya, itu sudah suatu kebaikan. Setidaknya, sudah mencakup separuhnya. Sisanya, kita tuntaskan dalam aksi nyata.
Sekumpulan mahasiswa dan dosen berdialog di dalam benteng Oranje, Ternate. Mereka adalah representasi dari HMJ, UKM, BEM, HMI se FIB. Semua mengirim utusannya, kecuali prodi UPW.
Ide untuk kumpul bersama ini muncul dari banyak teman-teman dosen di FIB. Di antara mereka ini adalah bapak-bapak Safrudin Abdulrahman (Kaprodi Antropologi), Irfan Ahmad (Kaprodi Ilmu Sejarah), Bahtiar Hairullah, Rudi Tawari, Hudan Irsyadi, dan Sukran Ikhsan. Dukungan yang datang dari pimpinan (dekan FIB dan wadek I dan II) serta beberapa dosen menyemangati jalannya ide ini.
Memulai amanah baru di bidang kemahasiswaan, tentu penting untuk mendengar suara mereka yang akan disalurkan dan dikembangkan potensi kehebatannya, mahasiswa FIB Unkhair. Kendala apa yang dihadapi, aspirasi apa yang perlu didengar dan ditindaklanjuti, serta gagasan inovatif mana yang perlu diprioritaskan, semuanya hanya bisa dicakup jika dipahami sejak awal.
Dalam kerangka berpikir inilah kami berkumpul sejak sore hingga malam hari di benteng Oranje dalam kegiatan CURAH GAGASAN ORMAWA FIB UNKHAIR dengan tema “Mengagas Ide, Merencanakan Tindak Lanjut Menuju Ormawa FIB yang Kreatif dan Inovatif”.
Saya menyebutnya “bacalefo” untuk menyimpulkan aktivitas duduk bersama dan mendialogkan beberapa hal yang dianggap penting. Suasananya tidak formal. Siapa yang mau bicara semua disilakan. Istilah lainnya, kami sebut dengan Curah Gagasan. Padahal, di dalamnya lebih banyak terdengar uneg-uneg. Bukan masalah pribadi, atau kepentingan kelompok tertentu. Semua untuk satu hal pada akhirnya, kemajuan dan ‘kegairahan’ organisasi mahasiswa (Ormawa) di FIB Unkhair.
Memangnya Ormawa di FIB selama ini lesu? Kurang bergairah?
Kalau menyimak keseluruhan uneg-uneg peserta yang hadir, memang ada kesan lesu dan kekuranggairahan pada Ormawa FIB. Selain rendahnya animo mahasiswa untuk berorganisasi, komunikasi antara pihak intern Ormawa dan Fakultas dipandang kurang berjalan dengan lancar.
Rendahnya animo mahasiswa untuk ikut aktif berpartisipasi dalam hal keorganisasian di FIB, menurut beberapa peserta, karena Ormawa kurang kreatif menggagas kegiatan yang inovatif. Jika pandangan ini benar, maka mau tidak mau kita harus merancang kegiatan mahasiswa yang bisa menarik minat dan keterlibatan mahasiswa. Bentuknya seperti apa? Ini masih perlu ditemukan bersama-sama dengan melibatkan semua unsur: himpunan mahasiswa Program Studi (Prodi), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), ketua dan dosen Prodi, pimpinan Fakultas (terutama bidang kemahasiswaan), dan mahasiswa secara umum.
Seorang peserta, Irfan Koba Duwila misalnya, mencontohkan Lomba Debat atau Orasi yang pernah diselenggarakan oleh Fakultas, suatu kegiatan yang pionirnya adalah dekan FIB saat ini, Drs. Fachmi Alhadar. Tentu masih banyak lagi kegiatan yang bisa dianggap dapat memantik peran serta mahasiswa secara luas ke dalam aktivitas Ormawa.
Pandangan lain menyatakan bahwa komunikasi antara mahasiswa (melalui organisasinya) dengan pihak fakultas kurang lancar. Sulitnya menemui dan berdialog dengan unsur pimpinan yang membidangi masalah kemahasiswaan termasuk salah satu penyebabnya. Hal lainnya, dosen atau Program Studi (Prodi) dianggap kurang memperhatikan mahasiswa.
Ada kesan, menurut pandangan peserta, bahwa dosen kurang dalam memberikan dukungannya kepada aktivitas kemahasiswaan di FIB. Pandangan ini bisa saja subjektif. Tetapi sebagai “suara”, tentu ada benarnya juga. Setidaknya, ada pihak yg diwakili dari pandangan ini. Karena itu, kita menerimanya sebagai kebenaran, suatu hal yang benar adanya.
Dialog yang dihadiri oleh undangan mewakili pengurus HMJ, UKM, BEM, HMI Komisariat FIB, ini dilandasi oleh suatu ide untuk kemajuan FIB ke depan melalui geliat Ormawa yang positif. Tidak hanya mencakup hal-hal keorganisasian, tapi juga mengenai aktualisasi minat bakat dan pengembangan keilmuan sesuai disiplin masing-masing. Dengan lain perkataan, pertemuan ini bukan untuk menghakimi pihak lain.
Lebih dari itu, acara ‘kumpul-kumpul’ ini terutama dimaksudkan untuk mencari jalan keluar bersama demi membenahi kondisi yang dianggap pasif, berjalan sendiri, saling mencurigai atau tidak percaya, asik sendiri, dll, agar hadir suasana baru di FIB yang lebih ‘hot’, partisipatif, nyaman, dan kondusif bagi pengembangan potensi minat bakat mahasiswa.
Semua mengakui bahwa banyak potensi mahasiswa yang tak berhasil teraktualisasi karena lingkungan yang kurang mendukung. Sebagai contoh, banyak yang bisa menulis dan menghasilkan karya sastra, tetapi tidak punya wadah. Terhadap hal ini, peserta menyarankan agar diupayakan publikasi dari karya dan menuntun mahasiswa yg berminat berkarya melalui penerbitan dan penyelenggaraan pelatihan-pelatihan menulis. Kita semua setuju dengan hal ini.
Untuk hal ini, kami sepakat untuk menghimpun naskah, baik yg sudah ada maupun yang akan diadakan (baru mulai ditulis) untuk disunting lalu diterbitkan. Satu buku, atau lebih, tak lama setelah lebaran, akan terbit dari mahasiswa FIB Unkhair! Rencananya, satu buku berisi tulisan “ringan” tentang Ternate sehari-hari melalui fenomena-fenomena terpilah yang nantinya akan dilukiskan oleh mahasiswa FIB. Buku lainnya lagi, antologi puisi dan cerpen karya mahasiswa. Adlun Fiqri mendapat tugas untuk mengkoordinir naskahnya. Rapat-rapat untuk pemantapan topik dan gaya tulisannya akan diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam waktu sesingkat-singkatnya!
Kaderisasi di tingkat Ormawa juga tidak berjalan semestinya. Ini tentu berkaitan dengan rendahnya partisipasi mahasiswa sebagai anggota organisasi yang bersangkutan. Karena itu, pola atau format pengkaderan harus dicipta kembali dan terus dimapankan seiring dengan marwah organisasi dan tuntutan zaman. Kita perlu duduk bersama untuk mewujudkan hal ini. Ini terjadi mulai dari HMJ, UKM, hingga BEM di lingkup FIB.
Masih lemahnya manajemen organisasi diakui juga oleh beberapa peserta. Bagaimana mempersiapkan suatu kegiatan, mengupayakan pendanaan, dan melaksanakan kegiatan seringkali berjalan insidentil. Meski sebenarnya sudah ada rapat kerja program organisasi di awal kepengurusan masing-masing. Karena itu, HMJ, UKM, dan BEM di FIB, menurut aspirasi peserta, sebaiknya melaksanakan pelatihan manajemen organsisasi. Ini sifatnya lebih administratif dan teknis.
Kami juga setuju untuk menyiapkan keterlibatan sejak dini pada berbagai ‘event’ nasional dan hibah-hibah tingkat mahasiswa. Misalnya, kretativitas dan program hibah bina desa (PHBD), lomba penulisan karya ilmiah, dll. Dengan berkoordinasi Prodi masing-masing dan Wadek bidang Kemahasiswaan, HMJ membentuk tim sesuai lomba atau hibah yang diikuti.
Banyak lagi yang dikatakan atau mencuat dalam dialog kemarin. Tetapi tidak semua diungkapkan di sini. Intinya adalah bahwa ada kesadaran bersama terhadap kondisi yang sedang dihadapi, dan keinginan untuk secara bersama-sama menciptakan kondisi baru yang dibayangkan bersama sebagai tujuan di masa yang akan datang.
Saya senang bahwa kita semua siap untuk upaya-upaya terhadap rekayasa perubahan di FIB ke depan. Bagaimana pun, Ormawa se FIB, Prodi, dan Fakultas harus bersinergi untuk kemajuan bersama.
Kalau memang kita “sepakat jalan bersama”, maka mari “kita kabarkan sastra pada segala yang tak jelas berkata”. (*)