Betly: Pemerintah Belum Memberikan Ruang Kepada Masyarakat Mengelola Pariwisata Secara Mandiri

FIB, UNKHAIR – Betly Tagulihi, dosen pada Program Studi Usaha Perjalanan Wisata (UPW), Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Khairun diundang sebagai pembicara pada kegiatan “Bacarita Pariwisata: Strategi Pengelolaan Pariwisata Bahari Maluku Utara” di Paddock Cafe, Ternate. Kegitan yang dilaksanakan pada Selasa malam (3/9) ini juga menghadirkan empat pembicara lainnya, yaitu Tahmid Wahab, Kepala Dinas Pariwisata Maluku Utara; Whisnu Kusardianto, Danlanal Ternate; Buyung Radjiloen, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Maluku Utara; dan Akang Idrism pemilik Nasi Jaha Dive Center.

Pada saat menyampaikan pokok pikirannya, Betly menyebut pemerintah memiliki intervensi besar terhadap pengembangan pariwisata sehingga keadaan ini membuat masyarakat tampak berjarak dari upaya-upaya pengembangan pemerintah. “Pemerintah belum sepenuhnya memberikan ruang kepada masyarakat untuk mengelola pariwisata secara mandiri. Berbicara pariwisata itu ujungnya untuk kesejahteraan masyarakat, untuk itu, pemerintah boleh intervensi tetapi harusnya hanya sejauh memfasilitasi,” ungkapnya.

Selain itu, lanjut Betly, sejauh ini pengembangan pariwisata tampak tiba saat tiba akal. Betapa tidak, pada saat merencanakan program pengambangan pariwisata, pemerintah cenderung abai terhadap analisis-analisi pengembangan pariwisata. “Strategi pengembangan pariwisata dibutuhkan pemahaman dan analisis yang terstruktur. Analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, threats)  sangat penting untuk melihat suatu pengembangan pariwisata.

Analis SWOT sangat penting dilakukan karena bagi Betly, dengan menggunakan model perencanaan strategis seperti ini, pemerintah dapat mengetahui berbagai kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancama (threats) dalam pengembangan pariwisata. “Kalau ini dilakukan maka arah pengembangan pariwisata bisa tepat sasaran,” aku Asesor pariwisata ini.

Betly mengaku ada beberapa objek wisata di Maluku Utara yang sudah mulai berkembang, tetapi pihak terkait tampak belum memahami sepenuhnya tentang pengambangan pariwisata, Wisata bahari diangkat Betly sebagai misal pada diskuis yang dipandu Ismit Alkatiri itu. “Contohnya wisata bahari. Selama ini saya lihat wisata bahari itu hanya melihat biota laut. Padahal dalam pengembangan pariwisata bukan hanya itu. Atraksi-atraksi di darat pun perlu diperhatikan, karena dengan atraksi dapat mengundang peminat pariwisata untuk berkunjung ke objek pariwisata tersebut,” ujarnya.

Di atas segalanya, menurut Betly, pariwisata tidak lain hanya untuk kepentingan masyarakat, bukan untuk pemerintah. Untuk itu, pengembangan pariwisatan kedepan tetap harus melibatkan masyarakat dalam merencanakan pengembangan pariwisata di lingkungan masyarakat bersangkutan. “Intinya adalah keterlibatan masyarakat akan lebih baik dan dapat memajukan pariwisata dibandingkan dengan tidak melibatkan masyarakat. Karena pengembangan pariwisata bukan untuk pemerintah, tetapi untuk kenyamanan wisatawan dan kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya. (*)

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

× How can I help you?